Beberapa hari yang
lalu, saya kembali membaca The Sweet Sins dari awal hingga akhir, hal yang
sangat jarang sekali saya lakukan untuk membuka karya-karya yang telah saya
tulis sendiri, tetapi seorang teman berkata kepada saya bahwa, saya harus
kembali membuka The Sweet Sins, karena di beberapa bagian saya sedikit terlupa
tentang kronologisnya. Tetapi yang terjadi adalah saya justru mencatat
fakta-fakta unik selama proses pengerjaan “The Sweet Sins” dari awal hingga
buku tersebut sampai di tangan anda saat ini.
Bilang ini adalah
sebuah kebetulan! Saya merangkum ternyata ada 13 fakta unik yang tersembunyi
dibalik “The Sweet Sins” ini. Tentunya ini adalah diluar kesengajaan saya
sebagai penulis dan ini diluar suatu kebetulan bahwa tahun ini adalah Tahun
2013. Berikut adalah fakta-fakta unik tersebut:
1. Awalnya The Sweet
Sins sempat ditolak oleh 2 penerbit dan tidak mendapat respons dari dua
penerbit yang lain. Tetapi saya mengubahnya pada versi yang kedua hingga buku
tersebut dapat sampai di tangan anda saat ini. Dan, DivaPress mengabarkan
penerbitan The Sweet Sins hanya satu minggu setelah pengiriman naskah.
2. Saya sudah
mengatakan bahwa The Sweet Sins adalah cerita fiksi, tetapi kejadian dan nama
tokohnya saya ambil dari beberapa kisah dan nama teman saya sendiri, misalnya
tokoh ‘Nyta’. Tokoh ‘Nyta’ murni terinspirasi dari sahabat saya sendiri yang
bernama asli Fevtika R. D Aprianita. Tetapi tokoh ‘Nyta’ di dalam The Sweet
Sins adalah satu-satunya tokoh yang tidak mempunyai nama lengkap, tidak seperti
Reino Regha Prawiro, Ardo Praditya, Dalwind Faraby atau Diajeng Kamaratih
Mahamayang. Tokoh ‘Nyta’ di dalam Novel ini saya gambarkan akhirnya menikah
dengan ‘Aby’. Dan lagi-lagi ini adalah sebuah kebetulan, sahabat saya yang
menjadi inspirasi untuk tokoh ini benar-benar menikah di bulan yang sama ketika
The Sweet Sins terbit, yaitu bulan Oktober tahun 2012. Tetapi saya ingin
menegaskan bahwa kehidupan tokoh ‘Nyta’ di dalam The Sweet Sins adalah berbeda
dengan sahabat saya itu, kehidupan tokoh ‘Nyta’ hanyalah fiksi dan murni hanya
karangan saya semata, saya hanya meminjam nama ‘Nyta’ saja. Lalu, adegan di
dalam Novel The Sweet Sins ketika tokoh ‘Nyta’ mengaku bahwa ia sedang hamil
kepada Reino dan Maia, dialognya saya kutip dari kejadian nyata seorang teman
wanita saya. Kejadian tersebut terjadi beberapa minggu terlebih dahulu, baru
kemudian saya menuliskan adegan tersebut untuk Novel The Sweet Sins.
3. Beberapa lokasi
yang menjadi setting di dalam Novel The Sweet Sins adalah nyata dan pernah ada.
4. Awalnya, Uncle
Alvin Adam yang hendak memberikan endorsement di The Sweet Sins pada cetakan
pertama, tetapi mengingat kesibukan beliau, sehingga tidak jadi memberikan
endorsement. Akhirnya endorsement d
5. Cover The Sweet
Sins adalah asli lukisan tangan yang mana lukisan tersebut terinspirasi dari
sebuah potret model yang saya anggap mewakili sosok Reino yang seorang
blasteran Belanda-Indonesia dengan tatapan sendu.
6. Novel The Sweet
Sins pada awalnya dijadwalkan akan launching bersamaan dengan Novel cetak ulang
‘Garis Tepi Seorang Lesbian’ dengan judul ‘Asmora Paria’ oleh Mbak Herlinatiens
tetapi dengan beberapa pertimbangan, The Sweet Sins dilaunching terlebih dahulu
dari Novel Asmora Paria.
7. Percakapan antara
Reino dan Ardo tentang “Bayi Duren” adalah kisah nyata seorang rekan yang ia
ceritakan kepada saya.
8. Kalimat “Fotography
is all about you can freeze the moment” merupakan kalimat dari seorang
rekan sesama fotografer kepada saya.
9. Kisah tentang
“Mamanya si Ari” adalah kisah nyata yang diceritakan seorang rekan kepada saya.
10. Deskripsi kalimat yang terdapat di dalam bingkai foto Bapak Soeharto di Astana Giribangun adalah nyata.
11. Pendeskripsian penampilan Maria Callas pada percakapan antara Reino dan Ardo adalah nyata, konser-konser tersebut nyata dan merupakan konser-konser terakhir Maria Callas.
12. Beberapa bagian
di Novel The Sweet Sins mengalami penyuntingan oleh penerbit, terutama pada
beberapa bagian percintaan antara Reino dan Ardo yang awalnya saya tulis
cenderung sangat vulgar sehingga harus disunting. Lalu, judul Novel The Sweet
Sins pada awalnya hanyalah “The Sweet Sins”, kata-kata “Di Balik Pelukan
Terhangatnya” merupakan improvisasi dari pihak penerbit.
13. Yang terakhir,
yaitu pada tanggal 5 September 2012, dimana kejadian yang saya tulis di dalam Novel
The Sweet Sins yaitu ketika Reino dan Ardo berpisah di Pantai Parangkusumo,
Bantul, Yogyakarta. Pada hari itu, saya benar-benar pergi ke Pantai Parangkusumo itu
seorang diri dan melihat hal yang sama yang saya deskripsikan di dalam Novel The Sweet Sins: angin yang cukup kencang, cenderung
berawan dan ketika matahari terbenam, sinarnya dapat membentuk sillhouet,
karena tidak setiap sinar matahari tenggelam dapat membentuk sillhouet di
kamera. Lagi-lagi apakah ini sebuah kebetulan ataukah…? Entahlah…
Untuk teman-teman
yang penasaran dibalik pembuatan Novel The Sweet Sins, semoga 13 fakta ini
dapat sedikit menjadi bocoran dan selebihnya terpulang kembali kepada
teman-teman pembaca semuanya.
Rangga, 12 Januari
2013