Tuesday 18 April 2017

10 Opera Dengan Akhir Paling Tragis

oleh: Rangga Wirianto Putra

Meskipun pertunjukan Opera kurang begitu populer di Indonesia, tetapi harus diakui bahwa pertunjukan Opera adalah salah satu seni pertunjukan tertua yang setidaknya telah berusia kurang lebih 5 abad. Seni pertunjukan opera adalah seni yang memadukan unsur musik, drama bahkan tarian dan teatrikal sekaligus dalam satu panggung. Hal ini lah yang menjadikannya salah satu seni pertunjukan paling komplit dan terkesan penikmatnya hanya dari kalangan kelas atas karena mengingat biaya yang dibutuhkan untuk menampilkan satu opera yang tidak sedikit. Opera pertama yang tercatat dan masih dipentaskan hingga saat ini adalah La favola d’Orfeo (The Legend of Orpheus) yang diciptakan Monteverdi pada tahun 1607.
Gedung Teatro alla Scala, Milan.
Layaknya sebuah karya seni, Opera memiliki tema cerita beragam tentang perjuangan, cinta, pengkhianatan dan perselingkuhan yang tak jarang menguras emosi para pendengar terutama untuk akhir cerita yang paling tragis seperti kematian dan pembunuhan. Berikut ini adalah 10 Opera terkenal dengan akhir cerita paling tragis yang hingga hari ini masih dipertunjukkan di berbagai gedung opera ternama di dunia:

10. Pietro Mascagni – Cavaleria Rusticana
Cavaleria Rusticana adalah opera satu babak ciptaan Pietro Mascagni. Opera ini bercerita tentang drama kehidupan dengan latar belakang kehidupan di Italia yang dipenuhi intrik percintaan, persaingan dan pengkhianatan antara Turiddu dan Alfio . Opera ini termasuk salah satu jenis opera verismo, yaitu opera yang mana kisahnya benar-benar mencerminkan realita kehidupan pada saat itu. Opera ini diakhiri dengan terbunuhnya tokoh Turiddu secara mengenaskan karena pertarungannya dengan Alfio.


9. Georges Bizet – Carmen
Carmen adalah opera karya komposer asal Prancis, Georges Bizet yang diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama karangan Prosper Mérimée. Opera empat babak ini pertama kali dipentaskan di Paris, Perancis pada tahun 1875. Opera ini menggambarkan tentang kisah percintaan antara seorang anggota cavaleri, Don José dan seorang gadis gipsy, Carmen. Carmen dianggap salah satu opera paling eksotis dan romantis dalam menggambarkan tentang perjuangan dan kisah cinta. Meskipun Carmen pada akhirnya tewas dibunuh oleh Don José sendiri karena ia menolak untuk kembali kepada Don José, tetapi kharismatik tokoh Carmen takkan pernah lepas sepanjang opera empat babak ini. L'amour est un oiseau rebelled dan Votre Toast adalah dua aria yang paling terkenal dari opera Carmen. Bahkan, Nietzsche menuliskan secara khusus tentang kekagumannya pada karya Bizet yang satu ini.


8. Gaetano Donizetti - Lucrezia Borgia
Opera ini diangkat dari kisah nyata seorang Lucrezia Borgia. Lucrezia Borgia adalah anak perempuan dari Roderigo Borgia atau Paus Aleksander VI, yaitu Paus yang menjabat sejak 11 Agustus 1492 sampai 18 Agustus 1503 sekaligus menjadi Paus terakhir pada abad pertengahan. Kisah Lucrezia Borgia bercerita seputar intrik Gereja ketika sang ayah menduduki tahta suci yang kemudian skandal-skandalnya merupakan salah satu yang terburuk dalam sejarah kelam abad pertengahan. Diceritakan dari berbagai sumber bahwa karena pesona kecantikannya, bahkan membuat Cesare Borgia, yaitu kakak kandungnya sendiri tega membunuh Giovanni Borgia demi mendapatkan perhatian Lucrezia. Namun pada akhir opera ini diceritakan bahwa Lucrezia menanti kematiannya sendiri dengan menolak untuk meminum obat penawar dari racun yang telah diminum olehnya. Era desso il figlio mio adalah lagu penutup dari opera ini yang dibawakan dengan sangat menyentuh oleh banyak Soprano kenamaan, diantaranya Edita Gruberova dan Dame Joan Sutherland yang mana aria ini sekaligus mengakhiri kehidupan seorang Lucrezia yang sangat tragis.


7. Giacomo Puccini - Manon Lescaut
Manon Lescaut dengan peran
penuh gairah sebagai wanita penjaja cinta
kelas atas.
Begitu banyak opera melodramatik yang diciptakan oleh Puccini, salah satunya adalah Manon Lescaut. Manon Lescaut diangkat dari sebuah novel L'histoire du chevalier des Grieux et de Manon Lescaut oleh Abbé Prévost tahun 1731. Manon, adalah seorang wanita penggoda kelas atas yang telah membuat seorang anggota kavaleri, Chevalier des Grieux jatuh cinta yang teramat sangat padanya. Tetapi cinta mereka tidak dapat diterima oleh nilai dan norman masyarakat pada masa itu sehingga mereka mengasingkan diri dan Manon tewas di dalam perjalanan, di sebuah padang gurun yang gersang. Kisah cinta Manon kemudian menjadi inspirasi bagi banyak komposer. Selain Puccini, Jules Massenet pun menggubah sebuah Opera berjudul Manon sebagai penghargaan terhadap cinta yang tulus dan mulia dari seorang Manon. Bahkan, Alexandre Dumas Junior menulis sebuah novel The Lady of the Camellias yang terinspirasi dari kisah ini dan kemudian diadaptasi menjadi Opera La Traviata oleh Giuseppe Verdi.


6. Richard Wagner – Lohengrin
Lohengrin, Sang Kesatria Angsa
Opera Lohengrin adalah opera tiga babak karangan Richard Wagner yang pertama kali dipentaskan pada tahun 1850. Menurut seorang pengamat musik dikatakan bahwa pembukaan (Overture) dari opera ini sebagai delapan menit paling indah dalam sejarah musik. Lohengrin adalah sebuah legenda Jerman Kuno tentang seorang Kesatria Angsa yang ditugaskan untuk membantu sebuah daerah yang bernama Brabant dari kehancuran sejak kematian Sang Raja. Lohengrin kemudian mengajukan sebuah syarat kepada Elsa tentang sebuah pertanyaan terlarang, yaitu jangan pernah bertanya tentang asal-usul sang kesatria atau ia akan pergi tanpa pernah kembali. Di dalam perjalanan, Elsa, Putri sang Raja pada akhirnya jatuh cinta pada Kesatria Lohengrin dan kemudian mereka pun menikah. Treulich geführt adalah wedding march yang paling terkenal dari opera ini. Tetapi pada akhirnya karena diliputi oleh rasa penasaran, Elsa bertanya kepada Lohengrin tentang asal-usulnya, siapa dirinya dan dari mana ia berasal. Lewat In Fernem Land, Lohengrin menjawab bahwa ia adalah Kesatria Angsa Lohengrin, anak dari Parsifal (Perceival) kemudian Sang Kesatria kembali ke kereta angsanya, pergi meninggalkan Brabant sekaligus Elsa tanpa pernah kembali.


5. Francesco Cilea – Adriana Lecouvreur
Angela Gheorghiu sebagai
Adriana Lecouvreur
Adriana Lecouvreur adalah opera empat babak karangan Francesco Cilea. Opera ini digubah berdasarkan kisah nyata seorang aktris Perancis, Adrienne Lecouvreur (1692–1730). Adriana Lecouvreur menceritakan tentang kehidupan seorang pelakon wanita bernama Adriana Lecouvreur yang kehilangan kariernya. Tetapi ketika ia berada dalam masa-masa sulit itu, ia menemukan cintanya pada sosok Maurizio. Bagian yang paling terkenal dari opera ini yaitu Ballet dan death scene ketika Adriana menghembuskan nafasnya yang terakhir di pangkuan Maurizio akibat keracunan. Racun tersebut diberikan oleh rivalnya, Princess de Bouillon melalui sekuntum bunga dengan mengatasnamakan Maurizio. Poveri fiori adalah aria yang menggambarkan saat-saat terakhir Adriana seperti sekuntum bunga malang yang harus menguncup meski baru hendak berkembang.


4. Verdi - La Traviata
Diana Damrau berperan sebagai
Violeta Valery
Sulit rasanya memisahkan opera ini dari daftar opera dengan akhir paling tragis. Meskipun memiliki kemiripan cerita terhadap Manon Lescaut dengan latar belakang tentang penjaja cinta kelas atas, tetapi kejeniusan seorang Verdi membuat saya ingin membahas opera ini lebih dalam lagi sekaligus menempatkannya di urutan ke empat sebagai opera dengan akhir paling tragis.
Verdi membuka opera ini dengan overture yang sangat liris dan sangat menyayat hati ketika menggambarkan kehidupan sang tokoh utama, Violeta Valery. Tidak hanya itu, ia pun kemudian memadukan kesengsaraan Violeta Valery yang tengah menderita sakit dengan keglamoran hidupnya sebagai seorang wanita penjaja cinta kelas atas. Verdi seakan ingin mempertegas apa yang dikatakan oleh Alexandre Dumas Junior di dalam bukunya, bahwa ketika Tuhan menunjukkan sesuatu kepada seorang wanita hanya lewat dua jalan: jalan cinta dan jalan cinta yang berlumur darah. Verdi seakan ingin membanting emosi penonton pada babak ketiga, yaitu dengan nyanyian Addio del passato yang merupakan ungkapan paling perih dari Violeta Valery menjelang akhir hidupnya. Dan benar saja, Verdi berhasil membuat Violeta meregang nyawa dengan tragis dengan halusinasi seakan ia telah terbebas dari penyakitnya. Violeta kemudian menjatuhkan tubuhnya dan tergeletak tak bernyawa di hadapan seseorang yang ia jatuhi cinta, sejatuh-jatuhnya cinta, Alfredo Germont. Bagian ini pula lah yang selalu membuat penonton menjerit tepat ketika tirai diturunkan.


3. Richard Wagner – Tristan und Isolde
Poster Tristan und Isolde di
Metropolitan Opera
Tristan und Isolde merupakan opera karangan Richard Wagner yang terdiri dari tiga babak. Opera “Tristan und Isolde” merupakan bentuk siksa cinta Wagner sendiri terhadap teman wanitanya, Mathilde Wesendonck.  Jadi, dapat dikatakan bahwa penciptaan opera ini didasari oleh ketidaksetiaan dan pengkhianatan. Meskipun demikian, Wagner mengatakan bahwa Tristan und Isolde adalah yang terbaik dari semua opera ciptaannya. Notasi Tristan und Isolde penuh dengan struktur harmoni yang kompleks, warna orkestra yang khas dan menjadi rujukan utama dalam sejarah musik barat. Bagian paling terkenal dari opera ini yaitu pada bagian cinta mati Isolde (Isolde Liebestod) yang menceritakan bagian akhir kehidupan Isolde. Dimana, aria Mild und leise wie er lächelt dinyanyikan secara penuh penghayatan oleh para Soprano menjelang kematian Isolde. Yang paling tragis dari opera ini yaitu kematian seorang penyanyinya, yaitu Ludwig Schnorr von Carolsfeld di atas panggung pada saat membawakan peran sebagai Tristan pada 21 Juli 1865.


2. Giacomo Puccini - Madama Butterfly
Maria Callas berperan sebagai
Madama Butterfly
Madama Butterfly adalah opera tiga babak karangan Giacomo Puccini. Opera ini menceritakan kisah yang mengharukan tentang Cio-Cio-san, seorang Geisha yang telah mengorbankan segala yang ia miliki: keyakinan dan cintanya kepada B.F. Pinkerton, seorang angkatan laut Amerika. Ia mengira bahwa segala yang telah ia miliki adalah abadi. Ternyata, Pinkerton meninggalkannya sekaligus menduakan cintanya. Karena tidak sanggup menerima takdir, Madama Butterfly memilih mati dengan sebuah rasa hormat; barangsiapa yang tak dapat hidup dalam kemuliaan, maka harus mati dalam kemuliaan. Ia merasa cintanya terlalu mulia untuk sebuah pengkhianatan. Lalu Madama Butterfly mengakhiri hidupnya persis di depan anak lelaki tepat ketika Pinkerton hendak menyusulnya, tetapi ia sudah terlambat, Madama Butterfly telah mati.


1. Giacomo Puccini – Tosca
Castel Sant'Angelo, tempat berlangsungnya sebagian besar
adegan dalam Opera Tosca
Tosca adalah opera tiga babak yang mana semua dari tokoh utamanya mati, karena pembunuhan, eksekusi dan bunuh diri. Opera ini diangkat dari sandiwara panggung yang sangat terlarang pada era victoria karena nenonjolkan intrik politik dari gereja. Opera ini bercerita tentang Sang tokoh utama, Floria Tosca yang mencintai seorang pelukis gereja, Mario Cavaradossi. Tetapi pada saat yang bersamaan seorang chief of police, Baron Scarpia ingin mndapatkan Tosca dengan cara melenyapkan Cavaradossi terlebih dahulu dengan mencari kesalahannya kemudian menjatuhkan hukuman mati padanya. Mngetahui bahwa Scarpia memiliki intrik yang jahat, Tosca membunuhnya terlebih dahulu. 

Bryn Terfel sebagai Baron Scarpia
Dengan kematian Scarpia, Tosca berharap bahwa Cavaradossi  dapat diampuni dan dibebaskan, tapi ternyata hukuman mati tersebut tetap dilaksanakan sebelum matahari terbit. Mendapati sang kekasih telah ditembak mati, Tosca kemudian harus mempertanggungjawabkan perbuatannya pada Scarpia. Tetapi sebelum ia ditangkap, ia telah melompat dari atas Castel Sant'Angelo dan tewas.
Begitu banyak adegan dramatis didalam opera ini, diantaranya pembunuhan Scarpia (il bacio di Tosca), eksekusi Mario Cavaradossi dan yang terakhir adalah adegan melompatnya Tosca dari atas Castel Sant'Angelo.



***

No comments:

Post a Comment

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM NOVEL “ THE SWEET SINS”   KARYA RANGGA WIRIANTO PUTRA Amalia Meldani Mahasiswa Prodi Sastra Ind...