Sunday 3 March 2013

The Sweet Sins, di Balik Pelukan Terhangatnya

Judul Buku       : The Sweet Sins, di Balik Pelukan Terhangatnya
Penulis             : Rangga Wirianto Putra
Penerbit           : Diva Press, JOgja
Cetakan           : Oktober, 2012
Tebal               : 425 halaman
Sumber           : http://www.matronielmoezany.blogspot.com/2013/02/tarian-airmata-gay.html
Peresensi         : Matroni Muserang*

Novel ini kalau ditelaah dari tema, mungkin sudah usang dan isu tak menarik untuk didiskusikan, akan tetapi setelah beberapa tahun ini isu “Gay” mengalami purnama, maka dengan hadirnya novel ini isu-isu Gay menjadi sangat menarik untuk dibaca dan dikritisi. Karena Gay merupakan kenyataan yang benar-benar terjadi.

Hadirnya novel yang di tulis oleh Rangga Wirianto Putra sebagai lulusan psikologi ingin memberikan perspektif lain tentang Gay yang selama ini terjadi. Dan ternyata setelah saya baca novel ini benar-benar menarik dengan bahasa yang angkap dengan keseharian kita, juga di ceritakan bagaimana cara mencitai dan dicintai oleh Gay dan di cintai laki-laki dan wanita.
Menariknya lagi Rangga Wirianto Putra memberikan kata-kata indah atau mutiara indah yang ketika dibaca akan membuat pasangan kita gemeter dan akhirnya terjatuh dalam pelukan terhangatnya. Apalagi kalau kita tahu bagaimana tokoh Ardo dan Rei dua laki-laki yang sama-sama mencintai.

Salah satu dialognya,
 “jangan tinggalkan aku....” itulah kata-kata yang keluar dari mulutku, masid dengan airmata yang mengalir di pipiku.
“Aku tidak akan meninggalkanmu, Rei. Karena aku sayang kamu.....” ia memelukku dari belakang. Mencium pundakku. Menggenggam jemariku. Merenguhku.
Kali in i, perasaan takutkuh mendadak hilang. Yang ada hanyalah perasaan senang yang tak terkira. Lalu, ia menghapus airmata yang mengalir di pipiku dan kembali memelukku, erat....
“Aku juga sayang kamu....” lalu, ia mencium keningku, “Tuhan, semoga ini bukan mimpi”

Itu salah satu dialog mesra di halaman 115, betapa mereka benar-benar saling mencintai. Itulah keindahan yang mereka rasakan. Kadang, keindahan adalah bukan untuk dideskripsikan. Hanya untuk dinikmati (hlm, 231).
Lalu, aku pun berdiri sejajar dengan Ardo. Pelan-pelan, aku meraih tangannya dan aku arahkan ke simpul handukku. Kubiarkan ia mengikuti nalurinya. Diam-diam, tangannya membuka dan melemparkan handukku ke lantai.
“Aku ingin menyerap aroma tubuhmu sebelum kita mandi. Bolehku?” aku bertanya.
“.......” Ardo diam. Bagiku, itu tandanya boleh.
Aku mulai mendekatkan tubuhku ke tubuhnya.
Tubuhmu adalah tubuhku. Aku milikmu. Kamu milikku.
“Kamu lagi pegen ya, sayang?”
“Aku bergairah”, kataku langsung.
Ardo langsung menancapkan bibirnya di bibirku. Tidak ada apa-apa selain itu. Yang ada hanya sepasang lidah dua anak manusia yang saling terkait. Yang sama-sama dewasa. Yang sama-sama mencintai. Dan kebetulan. Sama-sama lelaki. Bahkan, dinginya udaha yang menerpa kulit kami tidak berarti apa-apa karena tubuh kami saling menguatkan. Ya. Cinta itu menguatkan. Dan kami melakukannya.

Itu salah bukti nyata dan hal litu benar-benar terjadi di dunia Gay. Ini salah realitas sosial. Dan Rangga dengan detiel dan benar-benar utuh mengekspresikan dalam novel ini. Nah, untuk mengetahui sesuatu yang tentang dunia Gay, alangkah baiknya kalau kita mencoba membaca buku ini.

*Penikmat buku

Inspirasi di Balik Keagungan Cinta


Judul Novel  : The Sweet Sins (Di balik pelukan terhangatnya)
Penulis          : Rangga Wirianto Putra
Penerbit        : Diva Press
Cetakan        :  I (Oktober 2012)
Tebal            : 428 halaman
Peresensi      : LPM - Humaniush (IAIN Suka Yogyakarta)
Sumber        : http://humaniushlpm.wordpress.com/2013/01/14/inspirasi-di-balik-keagungan-cinta/

Jika yang dimaksud “cinta” adalah buta, gila, dan luar biasa, itulah mengapa karena cinta, sesama jenis pun bisa bercumbu mesra. Langit yang gelap seketika akan menjadi berwarna. Dua hati, satu asmara, satu jiwa bercinta yang berteduh dalam dada. Begitu agungnya sebuah makna cinta yang tersirat dalam novel ini. Cinta sepasang Gay yang muncul melalui proses panjang dan sulit untuk dilogika-kan. Cinta bukanlah sesuatu yang datang secara tiba-tiba, melainkan melewati lorong-lorong perjuangan, pengertian sekaligus ketulusan.

Seperti halnya alur cerita cinta pada novel The Sweet Sins ini, mengapa seorang laki-laki setampan Reino, seorang playboy, gigolo, bokingan tante-tante pada akhirnya jatuh hati pada sesosok Ardo yang tidak lain adalah sesama jenis. Mengapa juga Ardo yang merupakan seorang newscaster ternama di sebuah stasiun TV, laki-laki mapan dan secara fisik bukan tidak mungkin lagi para perempuan tidak tertarik padanya, untuk pertama kalinya hatinya luluh dan merasakan getaran cinta kepada Reino. Memang seperti filosofi pelangi, berbeda tetapi indah (lihat hlm.178).

Berbicara masalah cinta, maka tidak boleh tidak kita akan dihadapkan pada persoalan-persoalan yang sering kali tidak rasional. Cinta mempunyai kekuatan luar biasa, memiliki dampak yang luar biasa pula bagi kehidupan sang pencimnta. Cinta yang sering diagung-agungkan oleh orang itu ada untuk menyatukan segala perbedaan (hlm.179), termasuk perbedaan dimana lazimnya cinta itu hadir pada lawan jenis, bukan sesama jenis seperti halnya yang mereka alami.

The Sweet Sins, Judul yang menggemaskan, kisah yang menarik, dan menggetarkan jiwa, serta mendobrak dogma-dogma sosial, local wisdom, agama, sekaligus moral. Dalam masyarakat, realita percintaan sepasang gay memang tak sedikit. Akan tetapi, tidak banyak yang mengakui sebagai sebuah hak dan kebebasan dalam bercinta. Kisah cinta mereka seolah bukanlah cinta yang legal, melainkan meminjam tajuk lagu dari band Indonesia ternama, Kangen Band sebagai cinta terlarang yang hanya akan menimbulkan petaka. Disinilah salah satu letak kekanonikan karya penulis yang berusaha untuk mengangkat berbagai aspek kehidupan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah problem asmara seseorang.

Terlepas dari semua itu, gaya penyajian cerita yang unik dalam menguraikan latar belakang tokoh membuat pembaca semakin penasaran untuk mengupas kisahnya. Juga gaya bahasa yang populer dengan aura dunia anak muda metropolitan serta dimasukkannya bahasa asing (baca: Inggris, Belanda, Jerman, dsb) menjadikan novel ini ringan dan menarik untuk dibaca terutama bagi kalangan muda. Hal inilah yang menyebabkan novel ini bertanda tanya apakah berstatus sebagai novel kanonik ataukah populer.

Menariknya dari novel ini, pembaca akan menjumpai kalimat-kalimat inspiratif yang membangun mood untuk “hidup kembali” secara utuh dengan semangat membara dan mengubah pola pikir matrealistis. Sebagaimana yang tertuang pada halaman 110, sebuah ungkapan yang menginspirasi pembaca,
Berintegritaslah pada pekerjaan apapun yang kamu pilih jika kamu ingin mendapat kepuasan yang sesungguhnya. Jika kamu bekerja hanya karena uang, kamu tidak akan bebas mengembangkan potensi yang ada pada dirimu karena uang yang akan mengendalikanmu.”

Kembali pada persoalan cinta sepasang gay yang sangat kompleks, Rangga Wirianto Putra, penulis novel ini menuliskan,
cintailah laki-laki dengan cara laki-laki. Cinta tak hanya tentang memperjuangkan, tetapi juga tentang mempertahankan dan melepaskan.”

Akhirnya, The Sweet Sins pun berlalu karena cinta sepasang gay tak bisa dipersatukan. Memang, walaupun gunung itu tinggi, tetapi tetap saja ia tidak akan pernah menjangkau langit. Mungkin kata pepatah itulah yang mengecewakan pembaca ketika membaca novel ini sampai tuntas. Selamat mengarungi dunia cinta dan membaca rasa dari balik kisah gay.

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM NOVEL “ THE SWEET SINS”   KARYA RANGGA WIRIANTO PUTRA Amalia Meldani Mahasiswa Prodi Sastra Ind...