Judul Buku : The Sweet Sins, di Balik Pelukan
Terhangatnya
Penulis : Rangga Wirianto Putra
Penerbit : Diva Press, JOgja
Cetakan : Oktober, 2012
Tebal : 425 halaman
Sumber : http://www.matronielmoezany.blogspot.com/2013/02/tarian-airmata-gay.html
Peresensi : Matroni Muserang*
Novel ini kalau ditelaah
dari tema, mungkin sudah usang dan isu tak menarik untuk didiskusikan, akan
tetapi setelah beberapa tahun ini isu “Gay” mengalami purnama, maka dengan
hadirnya novel ini isu-isu Gay menjadi sangat menarik untuk dibaca dan
dikritisi. Karena Gay merupakan kenyataan yang benar-benar terjadi.
Hadirnya novel yang di
tulis oleh Rangga Wirianto Putra sebagai lulusan psikologi ingin memberikan
perspektif lain tentang Gay yang selama ini terjadi. Dan ternyata setelah saya
baca novel ini benar-benar menarik dengan bahasa yang angkap dengan keseharian
kita, juga di ceritakan bagaimana cara mencitai dan dicintai oleh Gay dan di
cintai laki-laki dan wanita.
Menariknya lagi Rangga
Wirianto Putra memberikan kata-kata indah atau mutiara indah yang ketika dibaca
akan membuat pasangan kita gemeter dan akhirnya terjatuh dalam pelukan
terhangatnya. Apalagi kalau kita tahu bagaimana tokoh Ardo dan Rei dua
laki-laki yang sama-sama mencintai.
Salah satu dialognya,
“jangan tinggalkan aku....” itulah kata-kata yang keluar dari mulutku, masid
dengan airmata yang mengalir di pipiku.
“Aku tidak akan
meninggalkanmu, Rei. Karena aku sayang kamu.....” ia memelukku dari belakang.
Mencium pundakku. Menggenggam jemariku. Merenguhku.
Kali in i, perasaan
takutkuh mendadak hilang. Yang ada hanyalah perasaan senang yang tak terkira.
Lalu, ia menghapus airmata yang mengalir di pipiku dan kembali memelukku,
erat....
“Aku juga sayang kamu....”
lalu, ia mencium keningku, “Tuhan, semoga ini bukan mimpi”
Itu salah satu dialog
mesra di halaman 115, betapa mereka benar-benar saling mencintai. Itulah
keindahan yang mereka rasakan. Kadang, keindahan adalah bukan untuk
dideskripsikan. Hanya untuk dinikmati (hlm, 231).
Lalu, aku pun berdiri
sejajar dengan Ardo. Pelan-pelan, aku meraih tangannya dan aku arahkan ke
simpul handukku. Kubiarkan ia mengikuti nalurinya. Diam-diam, tangannya membuka
dan melemparkan handukku ke lantai.
“Aku ingin menyerap aroma
tubuhmu sebelum kita mandi. Bolehku?” aku bertanya.
“.......” Ardo diam.
Bagiku, itu tandanya boleh.
Aku mulai mendekatkan tubuhku
ke tubuhnya.
Tubuhmu adalah tubuhku.
Aku milikmu. Kamu milikku.
“Kamu lagi pegen ya,
sayang?”
“Aku bergairah”, kataku
langsung.
Ardo langsung menancapkan
bibirnya di bibirku. Tidak ada apa-apa selain itu. Yang ada hanya sepasang
lidah dua anak manusia yang saling terkait. Yang sama-sama dewasa. Yang
sama-sama mencintai. Dan kebetulan. Sama-sama lelaki. Bahkan, dinginya udaha
yang menerpa kulit kami tidak berarti apa-apa karena tubuh kami saling
menguatkan. Ya. Cinta itu menguatkan. Dan kami melakukannya.
Itu salah bukti nyata dan
hal litu benar-benar terjadi di dunia Gay. Ini salah realitas sosial. Dan
Rangga dengan detiel dan benar-benar utuh mengekspresikan dalam novel ini. Nah,
untuk mengetahui sesuatu yang tentang dunia Gay, alangkah baiknya kalau kita
mencoba membaca buku ini.
*Penikmat buku