Judul Novel :
The Sweet Sins (Di balik pelukan terhangatnya)
Penulis : Rangga Wirianto Putra
Penerbit
: Diva Press
Cetakan : I (Oktober 2012)
Tebal : 428
halaman
Peresensi : LPM - Humaniush (IAIN Suka Yogyakarta)
Sumber : http://humaniushlpm.wordpress.com/2013/01/14/inspirasi-di-balik-keagungan-cinta/
Jika yang dimaksud “cinta”
adalah buta, gila, dan luar biasa, itulah mengapa karena cinta, sesama jenis
pun bisa bercumbu mesra. Langit yang gelap seketika akan menjadi berwarna. Dua
hati, satu asmara, satu jiwa bercinta yang berteduh dalam dada. Begitu agungnya
sebuah makna cinta yang tersirat dalam novel ini. Cinta sepasang Gay yang
muncul melalui proses panjang dan sulit untuk dilogika-kan. Cinta bukanlah sesuatu
yang datang secara tiba-tiba, melainkan melewati lorong-lorong perjuangan,
pengertian sekaligus ketulusan.
Seperti halnya alur cerita
cinta pada novel The Sweet Sins ini, mengapa seorang laki-laki setampan Reino,
seorang playboy, gigolo, bokingan tante-tante pada akhirnya jatuh hati pada
sesosok Ardo yang tidak lain adalah sesama jenis. Mengapa juga Ardo yang
merupakan seorang newscaster ternama di sebuah stasiun TV, laki-laki mapan dan
secara fisik bukan tidak mungkin lagi para perempuan tidak tertarik padanya,
untuk pertama kalinya hatinya luluh dan merasakan getaran cinta kepada Reino.
Memang seperti filosofi pelangi, berbeda tetapi indah (lihat hlm.178).
Berbicara masalah cinta,
maka tidak boleh tidak kita akan dihadapkan pada persoalan-persoalan yang
sering kali tidak rasional. Cinta mempunyai kekuatan luar biasa, memiliki
dampak yang luar biasa pula bagi kehidupan sang pencimnta. Cinta yang sering
diagung-agungkan oleh orang itu ada untuk menyatukan segala perbedaan
(hlm.179), termasuk perbedaan dimana lazimnya cinta itu hadir pada lawan jenis,
bukan sesama jenis seperti halnya yang mereka alami.
The Sweet Sins, Judul yang
menggemaskan, kisah yang menarik, dan menggetarkan jiwa, serta mendobrak
dogma-dogma sosial, local wisdom, agama, sekaligus moral. Dalam masyarakat,
realita percintaan sepasang gay memang tak sedikit. Akan tetapi, tidak banyak
yang mengakui sebagai sebuah hak dan kebebasan dalam bercinta. Kisah cinta
mereka seolah bukanlah cinta yang legal, melainkan meminjam tajuk lagu dari band
Indonesia ternama, Kangen Band sebagai cinta terlarang yang hanya akan
menimbulkan petaka. Disinilah salah satu letak kekanonikan karya penulis yang
berusaha untuk mengangkat berbagai aspek kehidupan yang tidak dapat dilepaskan
dari sebuah problem asmara seseorang.
Terlepas dari semua itu,
gaya penyajian cerita yang unik dalam menguraikan latar belakang tokoh membuat
pembaca semakin penasaran untuk mengupas kisahnya. Juga gaya bahasa yang
populer dengan aura dunia anak muda metropolitan serta dimasukkannya bahasa
asing (baca: Inggris, Belanda, Jerman, dsb) menjadikan novel ini ringan dan
menarik untuk dibaca terutama bagi kalangan muda. Hal inilah yang menyebabkan
novel ini bertanda tanya apakah berstatus sebagai novel kanonik ataukah
populer.
Menariknya dari novel ini,
pembaca akan menjumpai kalimat-kalimat inspiratif yang membangun mood untuk
“hidup kembali” secara utuh dengan semangat membara dan mengubah pola pikir
matrealistis. Sebagaimana yang tertuang pada halaman 110, sebuah ungkapan yang
menginspirasi pembaca,
“Berintegritaslah pada pekerjaan apapun yang kamu pilih
jika kamu ingin mendapat kepuasan yang sesungguhnya. Jika kamu bekerja hanya
karena uang, kamu tidak akan bebas mengembangkan potensi yang ada pada dirimu
karena uang yang akan mengendalikanmu.”
Kembali pada persoalan
cinta sepasang gay yang sangat kompleks, Rangga Wirianto Putra, penulis novel
ini menuliskan,
“cintailah laki-laki dengan cara laki-laki. Cinta tak hanya
tentang memperjuangkan, tetapi juga tentang mempertahankan dan melepaskan.”
Akhirnya, The Sweet Sins pun berlalu karena cinta sepasang gay tak bisa
dipersatukan. Memang, walaupun gunung itu tinggi, tetapi tetap saja ia tidak
akan pernah menjangkau langit. Mungkin kata pepatah itulah yang mengecewakan
pembaca ketika membaca novel ini sampai tuntas. Selamat mengarungi dunia cinta
dan membaca rasa dari balik kisah gay.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete