Thursday 30 March 2017

Investasi Reksa Dana Saham: Cerdas Memilih, Untung Tanpa Letih

Oleh: Rangga Wirianto Putra S. Psi

Dewasa ini Pemerintah sedang marak-maraknya mempromosikan kepada Masyarakat Indonesia untuk investasi tidak hanya pada Perbankan tetapi juga investasi dalam bentuk saham. Tetapi,  kemudian timbul sebuah pertanyaan, apakah masyarakat awam – seperti saya – yang notabenenya tidak memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni terhadap investasi saham kemudian menjadi terhambat untuk berinvestasi dalam bentuk saham?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya menilik investasi dalam bentuk reksa dana saham dan kemudian menuliskan artikel ini untuk pembelajaran terutama pada diri saya. Dan saya bukan seorang marketing atau seseorang yang berafiliasi pada perusahaan manajer investasi manapun. Saya adalah adalah murni seorang investor pemula.
Investasi reksa dana saham adalah investasi yang mengalokasikan dananya sebagian besar pada instrumen saham. Investasi Reksa dana jenis ini merupakan investasi dengan imbal hasil tertinggi dibandingkan dengan Investasi Reksa dana jenis lain. Ada berbagai macam produk reksa dana saham yang terdaftar resmi di Otoritas Jasa Keuangan, tetapi reksa dana mana yang patut untuk dipilih?
Sebelum memilih, ada baiknya kita melihat apa saja yang menjadi bahan pertimbangan utama dalam memilih suatu produk reksa dana? Tujuannya tentu saja agar kita memilih produk reksa dana yang aman, stabil dan memberikan imbal hasil yang optimal, bukan? Karena memang seperti itulah tujuan dari investasi itu sendiri.

1. Legalitas
Untuk mengecek legalitas produk reksa dana dari manajer investasi, anda cukup mengeceknya di OJK atau di http://aria.bapepam.go.id. Pengecekan legalitas ini sangat penting agar anda tidak terjebak pada investasi illegal atau investasi bodong.

2. Kinerja
Kinerja jangka pendek reksa dana saham dapat dilihat berdasarkan rating meski rating bukanlah satu-satunya indikator. Ada dua perusahaan yang secara rutin melakukan rating pada reksa dana yaitu Invofesta (www.infovesta.com) dan Morningstar (www.morningstar.com). Keduanya  adalah perusahaan yang menyediakan informasi mengenai kinerja saham, reksa dana, indeks harga dan produk-produk keuangan lainnya. Umumnya indikator yang digunakan sebagai acuan adalah Resiko dan Imbal Hasil, Jumlah Dana Kelolaan, Unit Penyertaan dan Biaya. Rating menunjukkan kinerja reksa dana selama 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun dan secara keseluruhan. Rating yang tinggi bukan berarti menjamin imbal hasil yang tinggi pula pada masa mendatang, tetapi kinerja reksa dana tersebut dapat dikategorikan cukup memuaskan selama beberapa waktu kebelakang.

3. “Kepribadian” Reksa dana.
Kepribadian reksa dana ini saya bagi menjadi beberapa bagian berdasarkan unsur intrinsik di dalamnya, diantaranya yaitu umur suatu reksadana, jumlah dana kelolaan, alokasi dana, parameter resiko, harga NAB dan juga kemudahan dalam akses informasi tentang perkembangan reksa dana tersebut.

A. Umur.
Semakin lama umur suatu reksa dana menunjukkan bahwa reksa dana tersebut semakin tahan terutama terhadap krisis dan gejolak ekonomi. Ada beberapa reksa dana yang bahkan telah melewati krisis ekonomi 1998, 2008 serta gejolak ekonomi tahun 2015 dan masih bertahan hingga saat ini. Reksa dana ini patut anda pertimbangkan untuk memilihnya tetapi bukan berarti reksa dana yang relatif ‘muda’ tidak memiliki kinerja yang baik. Hanya saja, untuk reksa dana saham disarankan untuk mempertimbangkan pemilihan pada usia reksadana minimal 3-5 tahun. Karena pada usia tersebut akan dapat memudahkan calon investor dalam melihat konsistensi pergerakan reksa dana tersebut selama 1 tahun hingga 3 tahun bahkan hingga 5 tahun.
Meskipun demikian, tidak ada salahnya untuk memilih reksa dana yang berumur relatif muda, karena reksa dana yang hari ini kita kategorikan sebagai senior pun dulu pasti pernah muda. Tetapi harus dilihat pula track record manajer investasinya dan bagaimana kredibilitasnya. Karena track record dan kredibilitas manajer investasi turut mempengaruhi kinerja reksa dana tersebut.

B. Jumlah Dana Kelolaan
Ibaratnya, semakin banyak masyarakat yang menitipkan investasinya pada suatu reksa dana, maka mencerminkan tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap reksa dana tersebut. Jumlah pengelolaan dana dalam bilangan Trilyun bukan berarti jaminan bahwa reksa dana tersebut akan memberikan imbal hasil yang tinggi, bahkan ada pula Reksa dana yang dana kelolaannya masih dalam bilangan Milyar memiliki return tinggi. Jumlah dana pengelolaan biasanya membantu para investor untuk mempercayakan modalnya terhadap suatu reksa dana. Semakin besar dana kelolaan akan membuat manajer investasi lebih berhati-hati dalam mengelola dana tersebut, maka jangan heran jika reksa dana dengan dana kelolaan yang besar akan outperform dari benchmark yang lebih kecil karena mereka benar-benar menjaga investasi anda dengan sangat cermat dan aman, istilahnya alon-alon asal klakon.

C. Alokasi Dana dan Formulasi
Anda dapat mengecek alokasi dana pada sektor apa saja dana tersebut ditanamkan. Informasi ini biasanya dapat anda temukan di Fund Factsheet. Anda dapat membandingkan beberapa reksa dana sekaligus berdasarkan alokasi dananya. Misalnya, oleh karena kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah lebih besar pada sektor infrastruktur, maka trend pada saat itu adalah kecenderungan penguatan harga saham pada sektor infrastruktur. Dengan demikian anda dapat membandingkan beberapa reksa dana saham yang mengalokasikan dananya lebih besar pada sektor tersebut sebagai indikator pilihan.
Meskipun sebagian besar Fund Factsheet mencantumkan informasi terhadap alokasi efek terbesar, biasanya dirangkum dalam Top 5. Tetapi secara keseluruhan formula spesifiknya alias resep dapur manajer investasi tidak akan mereka bocorkan. Hal ini tentu bertujuan untuk menumbuhkan iklim persaingan antar produk reksa dana dan memungkinkan perkembangan investasi dalam arti keseluruhan – jika tidak ingin menyebut sebagai bahan jualan dari marketing manajer investasi.

D. Parameter Resiko
Semakin agresif kinerja suatu reksa dana, maka imbal hasil yang diperoleh pun dapat semakin tinggi. Semakin tinggi imbal hasil yang diperoleh maka semakin tinggi pula tingkat resiko karena memang demikianlah prinsip utama dari investasi: high risk, high return. Untuk calon investor jangan hanya tergiur dengan nilai imbal hasil yang tinggi, konsistensi adalah yang utama dalam investasi reksa dana.

E. Harga NAB.
Semakin tinggi harga NAB suatu reksa dana menandakan bahwa usia reksa dana tersebut semakin matang. Ada anggapan yang mengatakan bahwa semakin tinggi harga NAB dan semakin besar dana kelolaan suatu reksa dana maka imbal hasil akan semakin sedikit atau outperform dari benchmark akan semakin kecil. Ada pula reksa dana yang outperformnya terkadang jauh melampaui benchmark dengan harga NAB yang rendah dan dana kelolaan yang lebih kecil. Semakin besar nilai outperform dari benchmark maka imbal hasil akan semakin tinggi. Apakah benar? Kita lihat faktanya!



Contoh yang kami tuliskan hanyalah bertujuan sebagai alat pembelajaran dan tidak dapat dijadikan sebagai saran untuk berinvestasi. Tetapi setidaknya gambar diatas berusaha untuk menunjukkan perbandingan 2 reksa dana yang keberadaannya telah cukup lama (diatas 10 tahun) dengan NAB yang telah tinggi (Schroder Dana Prestasi Plus dan Panin Dana Maksima) dan Reksa dana yang relatif baru (dibawah 10 tahun) dengan NAB yang lebih rendah (Sucorinvest Equity Fund dan SAM Indonesia Equity Fund) dengan benchmark IHSG. Grafik menunjukkan bahwa Reksa dana yang relatif baru dengan NAB yang lebih rendah memiliki outperform dari benchmark yang lebih tinggi daripada Reksa dana yang cukup lama dengan NAB yang lebih tinggi. Hal ini tentu mengindikasikan imbal hasil yang lebih besar pula.

F. Kemudahan dalam akses informasi.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, beberapa manajer investasi kini memudahkan para investor untuk melihat pergerakan investasi mereka. Salah satu manajer investasi misalnya, telah memudahkan para investor untuk mengecek pergerakan reksa dana mereka didalam akun virtual yang diupdate setiap harinya.

4. Pelajari Prospektus dan Fund Factsheet


Contoh: Fund Factsheet
"Sucorinvest Equity Fund"
Salah satu indikator dalam memilih dana reksa yang baik adalah kemudahan investor dalam memperoleh Prospektus dan Fund Factsheet.  Prospektus adalah ringkasan dari kontrak investasi kolektif. Dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan, seorang calon investor reksa dana diwajibkan untuk membaca dan memahami prospektus sebelum berinvestasi pada produk reksa dana. Hal ini menujukkan bahwa betapa pentingnya memahami sebuah prospektus sebelum berinvestasi. Sedangkan Fund Factsheet adalah laporan kinerja bulanan yang memuat informasi ringkas tentang reksa dana. Maka Fund Factsheet akan diterbitkan setiap bulannya oleh manajer investasi.  Prospektus dan Fund Factsheet dapat dengan mudah kita temukan pada situs manajer investasi atau situs yang memuat informasi keuangan dan pengelola investasi, salah satunya yaitu www.bareksa.com.
Contoh: Fund Factsheet
"Schroder Dana Prestasi Plus"

Di dalam Fund Factsheet biasanya dapat kita temukan secara ringkas Main Risk Factors, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi resiko reksa dana. Adalah penting bagi calon investor untuk membaca bagian ini karena investasi yang benar adalah investasi yang turut mempertimbangkan faktor resiko yang mungkin akan dihadapi selama investasi tersebut berjalan.
Demikianlah pertimbangan-pertimbangan yang dapat anda gunakan untuk memilih suatu produk reksa dana. Cek! Cek! dan cek! adalahlah kunci utama dalam setiap investasi.
Selamat berinvestasi!




Jakarta, 31-3-2017
Rangga Wirianto Putra



Demi Ekspresi Eksistensi Diri

Kamis, 30 Maret 2017 11:15 WIB
Reportase : Didik Purwanto

Editor : Admin

Perkembangan inovasi teknologi hadir seturut permintaan dan kebutuhan masyarakat. Ponsel kini bukan hanya dimiliki kalangan konglomerat, tapi sudah menjadi barang merakyat.
Fitur ponsel pun tidak melulu untuk telepon, berselancar di dunia maya, atau mengirim pesan. Keberadaan ponsel kini mulai mengancam eksistensi kamera DLSR untuk foto dan video.

Kamera menjadi salah satu fitur ponsel yang gencar dipromosikan. Sesumbar perusahaan ponsel merek ternama dunia dengan tawaran swafoto (selfie) lebih cantik mendorong masyarakat berani melirik, khususnya vendor yang menyediakan fitur kamera canggih, beresolusi tinggi.

Pakar psikologi Rangga Wirianto Putra mengatakan, selfie mendukung eksistensi diri. Tapi, tentu dengan pemakaian wajar. Hasil foto atau video yang keren mendorong seseorang merasa semakin beken, eksis, dan diakui keberadaannya oleh kelompok massa di media sosial, terutama.

"Sudah menjadi sifat dasar manusia selalu ingin diakui, salah satu wadahnya melalui hasil foto atau video yang diunggah di media sosial," kata Rangga kepada HARIAN NASIONAL, Minggu (26/3).

Menurut dia, pengguna banyak mengunggah selfie saat bersama pacar, berada di lokasi wisata, memakai perhiasan mahal, atau saat bersama selebritis terkenal. Pengguna tersebut seakan ingin menunjukkan kepada dunia bahwa ia eksis dan eksistensinya diakui.

Namun, selfie berlebihan, menurut Rangga, cenderung memicu gangguan kepribadian narsistik. Gangguan ini memicu seseorang lebih bahagia dengan orientasinya sendiri, menjadikan dirinya pusat perhatian (centre of point) dalam sebuah foto.

"Membahayakan sih tidak, cuma kan setiap perilaku memiliki arah dan tujuan. Jika tujuannya memenuhi hasrat ingin diakui secara berlebihan justru membuat semakin tidak nyaman. Sebenarnya perilaku demikian ibarat candu yang menuntut untuk dilampiaskan terus-menerus," kata dia menjelaskan.

Bukan hanya gangguan kepribadian narsistik, penggunaan selfie berlebihan biasanya juga dapat memicu seseorang mengalami gangguan kepribadian histerionik (histrionic personality disorder, HPD). Pengguna menjadi lebih banyak memamerkan segala sesuatu yang dimiliki dan mengunggah mereka di media sosial untuk menjadi pusat perhatian.

"Jika jumlah like di Instagram, misalnya, tidak melampaui keinginan, pengguna bisa stres atau depresi bahkan terkadang mereka menjadi individu yang rentan (mengalami pem-bully-an, misalnya) seperti Syahrini," kata dia.

Jika segala sesuatu yang diunggah ke media sosial tidak selalu mendapat respons positif, bahkan cenderung berbeda, perhatian pengguna akan beralih pada komentar.

"Besoknya akan diperbaiki melalui foto selanjutnya. Tentu dengan perubahan filter hingga fitur beauty yang ada di kamera. Itu yang membuatnya semakin cantik atau ganteng sehingga lebih diakui lagi eksistensinya. Pola perilaku ini akan terus berulang," ujarnya.

Fitur kamera mumpuni, kata Rangga, juga mendorong selebgram atau vlogger dadakan. Bahkan Presiden Joko Widodo hingga Kaesang Pangarep (anak presiden) pun merambah vlog demi eksistensi mereka di dunia maya.

Keberadaan selebgram dan vlogger ini turut menumbuhkan lokasi wisata atau kafe-kafe yang cocok sebagai latar di Instagram (Instagramable). "Ini bisa menumbuhkan kesempatan untuk perkembangan perekonomian baru," kata dia menekankan.

Terkait penjualan, vendor ponsel biasanya cenderung menyasar negara berkembang untuk promosi fitur kamera selfie. Ini yang memicu pengguna seolah menjadi orang kaya baru.

"Pengguna ponsel di negara maju justru lebih memanfaatkan fitur selain kamera. Kita tidak melihat Mark Zuckerberg (pendiri Facebook) atau Bill Gates (pendiri Microsoft) berfoto di depan mobil Ferrari atau berpose sambil menunjukkan hartanya," ujarnya.




sumber: http://www.harnas.co/2017/03/30/demi-ekspresi-eksistensi-diri/

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM NOVEL “ THE SWEET SINS”   KARYA RANGGA WIRIANTO PUTRA Amalia Meldani Mahasiswa Prodi Sastra Ind...