Sunday 21 October 2012

Resensi Novel "The Sweet Sins"

Judul: The Sweet Sins
Peresensi: Dion Yulianto (from Goodreads)
Read from October 10 to 11, 2012

Love is about YOU and ME, not about THEM.” (hlm 183)

Sebuah kisah jujur tentang mencintai, itulah The Sweet Sins. Adalah Reino Regha Prawira, seorang mahasiswa sekaligus merangkap gigolo, dan Ardo Praditya, seorang eksekutif muda kenamaan dengan karir cemerlang. Keduanya sama-sama dipertemukan oleh ikatan takdir untuk saling bertemu, saling merawat, saling menguatkan, saling mencintai. Semua tentang pasangan ini adalah serbasempurna, Rei yang muda dan tampan dan atletis, serta Ardo yang cerdas, dewasa, pengertian, dan kekasih yang hebat. Hanya satu yang tidak sempurna—dan memang tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini—mereka adalah dua lelaki yang saling mencintai satu sama lain.

“Karena setiap orang mempunyai alasan sendiri untuk jatuh cinta.” (hlm 240)

Rei yang kehilangan sosok ayahnya merasa menemukan perlindungan emosional dari sosok Ardo, sementara Ardo dengan orientasi seksualnya yang agak berbeda juga menemukan keindahan dalam diri Rei. Begitu rupa tautan terlarang yang mempersatukan keduanya sehingga cinta sejenis itu bukannya penuh lubang tapi malah saling melengkapi dan menguatkan. Tanpa sadar, hubungan terlarang itulah yang menghebatkan keduanya. Berkat Ardo, Rei mulai meninggalkan dunia gelapnya sebagai gigolo yang setiap malam clubbing dan berakhir di ranjang tante-tante girang. Keduanya sama-sama bertumbuh dewasa dalam cinta itu. Sebagaimana sebuah ungkapan dalam buku ini, cinta itu mendewasakan, cinta itu menghebatkan. Dari Ardo, Rei belajar banyak hal tentang pelajaran kehidupan, tentang pekerjaan, tentang bersyukur, dan tentang cinta itu sendiri. Yang ada di antara Rei dan Ardo bukan semata cinta fisik, tapi keduanya adalah manifestasi cinta murni dalam bentuk yang agak “di luar kebiasaan”.

“Love is about chemistry but sex is about physics. Love is nude but sex is naked. Love is erotic but sex is pornography.” (hlm 187)

“Cinta itu diperjuangkan. Yang datang sendiri itu bukan cinta tapi nafsu.” (216)

Terlepas dari hubungan tidak biasa di antara kedua pria ini, Sweet Sins tidak terlalu menimbulkan rasa mual di perut sebagaimana pembacaan Novel sejenis yang bercerita dengan tema yang hampir mirip. Ada begitu banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan selain gambaran tentang hubungan fisik dan kasih sayang sesama pria. The Sweet Sins mengajak kita untuk memandang orang-orang yang berbeda dengan sudut pandang berbeda. Untuk memandang dari banyak sisi, dan untuk belajar mensyukuri cinta, bagaimanapun cara cinta itu termanifestasi.

"Berterimakasihlah sesering mungkin. Bersyukur atas segala kelebihan, menerima kekurangan, mencari persamaan, dan menghormati perbedaan.” (hlm 156)

“Jangan pernah mengingkari cinta karena cinta adalah salah satu dari rahmat Tuhan yang paling besar yang Dia turunkan ke dunia. Karena cintalah manusia ada sejak dahulu, sekarang, dan untuk masa yang akan datang. (hlm 180)

Keindahan macam apa yang dipandang Ardo dari sosok Rei, saya tidak bisa mengambarkannya. Saya malah terus merasa kalau Rei ini cewek dalm novel Mira W. Tapi. Sebagai mana kata Ardo, tidak semua keindahan itu tampak sama di mata orang. Jika pembaca bertanya keindahan macam apa yang membuat Ardo berani mengandeng tangan Rei di Telaga Sarangan, maka jawabannya mungkin:

"Kadang, keindahan adalah bukan untuk dideskripsikan. Hanya untuk dinikmati.” (hlm 231)

Dan, ketika cinta terlarang di antara keduanya makin kuat, datanglah masa-masa ujian cinta. Setelah mendapatkan, kita harus mempertahankan cinta itu. Masalahnya, cinta Rei dan Ardo sangatlah rumit. Cinta mereka sudah berbeda sejak awal, dan keduanya sama-sama menyadari bahwa cinta mereka tidaklah abadi, walaupun perasaan kasih di antara keduanya tak terhapuskan. Ardo diminta untuk menikah oleh orang tuanya. Sebuah permintaan terakhir seorang ayah yang ingin melihat anaknya bahagia menjelang ajal, sebuah permintaan yang tak kuasa ditolak oleh Ardo. Kegalauan pun melanda. Rei tahu bahwa hubungan nya dengan Ardo tidak akan pernah mulus sejak awal. Terlalu banyak pandangan yang berbeda, norma yang melarang, serta batasan-batasan sosial serta alamiah yang menghalangi keduanya untuk bisa menjadi kekasih abadi. Rei pun sadar, ia harus rela melepaskan untuk mencintai.

Novel Sweet Sins adalah sebuah kisah tentang pertemuan, perjuangan cinta, dan kemudian kerelaan untuk melepaskan. Namun, saya kurang menyukai ending Novel lain dengan tema yang hampir mirip yang masih galau. The Sweet Sins diakhiri dengan manis, dengan penutup yang indah layaknya opera aria yang dilantunkan dengan mempesona oleh sang diva. Dalam bab terakhir, berderet-deret makna dan petuah kehidupan yang dipaparkan dengan begitu lembutnya. Tentang kerelaan berkorban dan tentang melepaskan sebagai bentuk tertinggi dari mencintai.

Memang, beberapa bagian dalam novel ini cukup erotis, cukup vulgar dalam menggambarkan adegan seksual antar sesama pria. Tapi, kevulgarannya merupakan cerminan dari kejujuran buku ini. Bahwa The Sweet Sins bukan sekadar cerita yang terlihat pura-pura, jelas sekali tidak muncul kemunafikan dalam ceritanya. Rei dan Ardo memang saling mencintai dan mereka melakukan hubungan yang terlarang, tetapi pada akhirnya, keduanya akan menemui ujung kehidupan cinta yang paling indah dengan sangat manisnya.

Siang dan malam, panas dan dingin, tambah dan kurang, hitam dan putih, materi dan non materi, fisik dan jiwa, yin dan yang, begitulah alam semesta ini bekerja. Semuanya saling berpasangan, saling melengkapi, saling menguatkan. Cinta itu, sekali lagi, memang menghebatkan.

Damn, i love the ending, just fair and plain.


2 comments:

  1. Saya baca berkali-kali, dan saya meyakinkan diri kalau saya juga bisa menyayangi kawan saya (bergender sama seperti saya) seperti Ardo dan Rei saling mencintai meski bukan dalam tahap intim-berkelanjutan seperti itu. Tapi saya yakin cinta dan kasih sayang itu sendiri adalah keterbukaan di mana semua akan terekspos. BTW, thanks Kak Rangga yang udah bikin saya dan kawan saya nangis bahagia =))

    ReplyDelete

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM NOVEL “ THE SWEET SINS”   KARYA RANGGA WIRIANTO PUTRA Amalia Meldani Mahasiswa Prodi Sastra Ind...